11/02/13

11 Februari 2013


Salam Anak Sasak

Selain terkenal dengan wisata alamnya, Lombok juga memiliki wisata adat dan budaya yang dapat dikunjungi  para wisatawan, baik asing maupun lokal. Ya, wisata budaya kali ini adalah mengunjungi desa adat Sade yang terletak di Kabupaten Lombok Tengah.

Welcome to Sade | Image by: Fazword

Sade merupakan nama perkampungan warga suku sasak yang masih menampilkan ciri khas suku Sasak secara langsung, yang paling terlihat adalah penggunaan rumah adat Sasak sebagai rumah seluruh warga di sini. Terletak di kecamatan Pujut, Kabupaten Lombok Tengah, perkampungan ini dihuni oleh +- 750 jiwa. Sade sangat mudah untuk dikunjungi. Dari Bandara Internasional Lombok, dengan menggunakan kendaraan pribadi hanya membutuhkan waktu antara 15-20 menit ke arah timur Bandara. Dari Mataram, hanya memakan waktu tempuh kurang lebih satu jam dengan berkendara melalui jalur utama menuju pantai Kuta dan Tanjung Ann. Sebagai tambahan informasi, bagi Anda yang akan berkunjung ke Pantai Kuta atau Pantai Tanjung Ann, Anda akan melewati Sade terlebih dahulu sebelum sampai di pantai tersebut.

Tiba di depan perkampungan, Anda akan langsung disambut pemandu wisata yang merupakan warga asli Sade. Pemandu di sini bukanlah pemandu berbayar alias gratis. Anda akan langsung diajak masuk ke perkampungan, tapi di depan gerbang Anda perlu mengisi buku tamu dan memasukkan uang donasi seikhlasnya untuk pengembangan dan pelestarian kampung. Pemandu tadi akan membawa Anda berkeliling kampung, melihat rumah-rumah adat di sana, melihat proses penenunan kain songket khas sasak atau yang disebut proses Nyesek, dan bahkan membawa Anda yang ingin berbelanja oleh-oleh kepada penjual yang ada di dalam perkampungan.

Oke, kita mulai melangkah ke dalam perkampungan. Sepanjang jalan yang dilalui adalah celah antara rumah-rumah adat masyarakat di sini. Sebagian besar masyarakat memanfaatkan pekarangan depan rumahnya untuk berjualan souvenir khas Sasak. Sangat membantu para wisatawan yang ingin membeli buah tangan dari sini karena banyaknya variasi yang dapat dipilih. Paling awal kita akan berkenalan dengan rumah adat yang disebut sebagai Bale Tani. Bale Tani merupakan rumah tinggal bagi masyarakat di sini, terdiri dari dua lantai, berdindingkan anyaman bambu, beratap alang-alang, dan berlantai campuran tanah dengan kotoran kerbau/sapi.

Jejeran Bale Tani Sade | Image by: Fazword
Kita bahas satu-persatu. Lantai pertama disebut juga Bale Luar adalah lantai rumah yang digunakan untuk menyambut tamu, atau bagian rumah paling depan. Sedangkan lantai atas/dua disebut juga Bale Dalam adalah tempat tidur anak perempuan dan juga dapur, dimana di sini terdapat dua kamar. Lantai yang terbuat dari campuran tanah liat dengan kotoran sapi/kerbau, mungkin gambaran awal kita adalah kotor ataupun jorok. Tapi, tunggu dulu karena kotoran sapi yang telah dicampur tanah ini tidaklah berbau, bahkan berfungsi sebagai pengganti semen yang dapat menimbulkan hawa hangat dalam rumah. Lantai ini haruslah selalu diganti atau diperbaharui secara berkala untuk menjaga kondisinya bagus. Atap rumah yang terbuat dari alang-alang tidaklah menjadikan rumah ini bocor ketika hujan, bahkan menurut guide yang menemani saya dan seorang teman menjelaskan bahwa bagaimanapun lebatnya hujan, tidak akan bisa menembus atap alang ini, kecuali jika ada bagian yang bolong. Kemudian dinding dari anyaman bambu menjadikan rumah lebih sejuk karena sirkulasi udara lebih lancar. Tambahan informasi, rumah ini hanya memiliki satu pintu di bagian depan.

Lanjut, kita diperkenalkan dengan sebuah bangunan yang lebih tinggi dari Bale Tani, tapi bukanlah berfungsi  utama sebagai rumah. Ya, inilah Lumbung.
Lumbung | Image by: Fazword


Lumbung | Image by: Fazword
Lumbung inilah yang dijadikan logo Lombok sebenarnya. Bentuk atap Lumbung banyak ditiru oleh bangunan-bangunan pemerintahan. Hampir seluruh bangunan pemerintahan di Lombok mengikuti bentuk atap Lumbung sebagai atap paling depannya, atau paling tidak gapura bangunan tersebut berbentuk seperti Lumbung.
Lumbung ini berfungsi sebagai tempat penyimpanan, dimana bagian atapnya merupakan ruangan yang dapat dijadikan tempat menyimpan hasil panen atau perabotan rumah tangga masyarakat. Di bagian bawahnya, terdapat semacam serambi yang bisa digunakan sebagai tempat istirahat, atau sekedar duduk-duduk.

Perjalanan mengelilingi kampung kita lanjutkan, kali ini agak lebih ke dalam, atau tepatnya semakin ke atas karena bentuk perkampungan ini adalah menanjak ke atas. Di puncak paling atas, terdapat masjid. Masyarakat Sade adalah masyarakat Islam, sehingga keberadaan masjid adalah keharusan. Masjid di sinipun kembali menampilkan ciri khas suku Sasak dengan beratapkan alang-alang dan kubahnya berupa setengah gentong terbuat dari tanah, yang orang-orang di sini menyebutnya Beke atau Selau. 


Masjid Kampung Adat Sade | Image by: Fazword
Selesai dari atas, kita dapat kembali ke depan sambil mencari oleh-oleh untuk dibeli. Oleh-oleh di sini ada banyak variasi, seperti dijelaskan di awal bahwa juga ada banyak warga yang menjualnya. Paling utama adalah kain khas Sasak. Di sini kita selain melihat yang sudah jadi dan siap beli, juga dapat melihat proses pembuatannya karena semua kain di sini adalah murni Home Made langsung di rumah warga Sade.

Gulung Benang | Image by: Fazword
Gulung benang adalah proses menggulung kapas menjadi benang siap pakai untuk menenun. Benang-benang hasil gulungan tadi kemudian siap pakai, entah itu setelah diwarnai ataupun murni benang putih.

Perkakas Menenun (Nyesek) | Image by: Fazword
Proses menenun dalam masyarakat Sasak dikenal sebagai proses Nyesek. Nyesek dilakukan oleh perempuan yang masih perawan, artinya seseorang tidak boleh me-Nyesek jika ia telah menikah. Peralatan me-nyesek semuanya adalah perkakas tradisional terbuat dari kayu tanpa sentuhan mesin sedikitpun. Setelah di-sesek, kain jadi akhirnya dapat dipasarkan atau dipakai oleh si Penenun dan keluarganya. Hasil tenunan dapat berupa Songket, taplak meja, selendang/syal, atau kain sarung.

Hasil tenunan masy. Sade | Image by: Fazword
Bagi Anda yang ingin membeli kain tradisional di sini, dapat disesuaikan dengan selera juga budget, karena beda jenis dan ukuran kain, beda juga harganya. Biasanya penjual yang kita tanyai akan memberikan harga awal dan sangat terbuka akan tawaran dari sang pembeli. Di sinilah pembeli dapat menawar sesuai harga yang diinginkannya, sampai tercapai kesepakatan harga.

Selain membeli kain tradisional, wisatawan juga dapat membeli souvenir-souvenir seperti gantungan kunci, gelang, kalung, hiasan dinding, topeng, patung, sampai miniatur rumah adat.

Souvenir (gelang, gantungan kunci, dsb) | Image by: Fazword
Oleh-oleh desa Adat Sade | Image by: Fazword
Harga yang ditawarkan bervariasi sesuai dengan tingkat kerumitan dan bahan yang digunakan. Di antara souvenir-souvenir ini, Anda pasti akan menjumpai gantungan kunci ataupun miniatur tokek. Untuk diketahui, Tokek adalah lambang keberuntungan warga Sasak. Gantungan kunci biasanya dibuat dari tanduk sapi/kerbau, kayu, bahkan dari kerang. Tentu saja masing-masing memiliki keunggulan yang dapat menarik minat wisatawan sekalian.

Selesai berbelanja, dan seluruh urusan telah selesai, kita dapat mengakhiri trip budaya kali ini. Tapi, jika Anda ingin berbincang dengan pemandu atau masyarakat sekitar juga bisa, karena mereka sangat welcome terhadap keingintahuan kita akan budaya Sasak. Itulah salah satu keunggulan berwisata.

Jika telah selesai, pemandu akan membawa kita ke depan kampung dan melepas kita dengan penuh senyum bahagia atas kunjungan kita ke kampungnya. Jangan lupa ucapkan terima kasih dalam bahasa Sasak yaitu Matur Tampi Asih. Sang pemandu dan masyarakat akan menjawab Sami Sami.


Sekian ulasan tentang Wisata Desa Adat Sade. Semoga kita terus menjadi generasi yang melestarikan budaya nenek moyang Sasak.

Terima Kasih
Salam Anak Sasak.

0 comments :

Posting Komentar